Jumat, 01 November 2013

BIAS MEMBEKAS KANDAS


Semua peristiwa yang kita alami memiliki sekian banyak sudut pandang yang berbeda.
Ada sudut yang mengharuskan untuk mencari kambing hitam, Maka kita sibuk mencari objek untuk dikecam.
Ada sudut yang membuat kita terpuruk dalam kesedihan sehingga waktu kita sesak menyesak oleh aduhan dan keluhan-keluhan.
Ada sudut yang membuat kita masa bodoh dan berusaha mencari pelarian-pelarian.
Tapi ada juga sudut yang menyenangkan, di mana segala peristiwa kita hadapi dan kita selesaikan dengan senyuman.

Ya. Selalu ada alasan untuk senang.

Kita salah jika menyembunyikan sesuatu yang seharusnya di sampaikan.

Tapi
Kita juga salah jika sesuatu yang disembunyikan itu adalah kesalahan.

Bahkan Kita lebih salah jika harus mengatakannya.
Salah akan membuat Kita serba salah dan salah kaprah.

Tapi bagaimana jika salah itu begitu indah?

Aku tidak tahu ada dan berada di mana aku.



Katanya bangsa Indonesia ramah dan murah senyum.
Tapi aku lihat mereka saling todong dan saling kecam dan manyun. Katanya kita mau berjuang.
Tapi kenapa kita harus memperkaya diri terlebih dahulu dan menjadi pecundang?
Katanya mencuri itu tidak boleh.
Tapi kenapa para mereka dibiarkan berkeliaran dan bebas leyeh leyeh?
Katanya kita adil dan beradab.
Tapi kenapa kita mau menyuap dan suka disuap?

Katanya kita harus sekolah biar pintar.
Tapi kenapa banyak orang pintar yang terlantar?
Katanya kita sudah merdeka.
Tapi kenapa kita masih sering merasa dijajah?
Katanya kita punya kehormatan. Tapi kenapa kita masih gila hormat? Katanya kita punya harga diri. Tapi kenapa kita masih minta ‘dihargai’? Katanya kita berbudaya. Tapi kenapa kita saling fitnah, saling caci dan saling menjatuhkan antar sesama?
Katanya kita terdidik. Tapi kenapa kita sering merampas hak-hak anak didik?
Katanya kita sopan. Tapi kenapa kita sering berdandan setengah telanjang?
Apakah kita tahu di mana Kita ada dan berada?

Banyak orang yang ingin menjadi besar. Nama besar, peran besar, sejarah besar. Padahal orang-orang besar sering lupa kalau dosa-dosa mereka kian membesar.

Banyak orang yang mengidolakan orang-orang besar. Padahal tak jarang orang-orang besar hanya bisa omong besar dan berkepala besar.

0 komentar:

Posting Komentar